Tinta Anak Jalanan, Sebuah Potret Realita Sosial
4 Maret 10 | 14:12
Masalah
anak jalanan, bukan sesuatu yang baru untuk dikaji. Semakin banyaknya
para pengamen, dari balita sampai remaja bahkan tua, banyak juga kita
jumpai diantara mereka yang menjadi tukang bersih-bersih kaca mobil.
Hal ini mereka lakukan untuk memperjuangkan hidup, mereka seakan
melupakan bahaya yang sangat mengancam keselamatan mereka. Semakin
banyak kendaraan menjadikan peluang kecelakaan semakin meningkat, baik
antar kendaraan maupun dengan pengguna jalan yang lain dalam hal ini
yaitu anak jalanan.
Ironis
sekali memang, banyaknya kendaraan yang mengancam keselamatan mereka
justru mereka anggap sebagai peluang keberuntungan karena hasil yang
mereka peroleh semakin banyak meski tak jarang mendapat perlakuan tidak
menyenangkan dari para pengendara. Semangat anak jalanan begitu besar,
mengabaikan panas matahari dan dinginnya angin malam.
Fenomena
anak jalanan ini seakan sudah menjadi sahabat karib dari apa yang
disebut kemiskinan. Banyaknya generasi bangsa yang tumpah menjadi anak
jalanan sudah barang tentu inilah gambaran kemiskinan di Indonesia yang
terintrepentasi dari wajah-wajah mereka para pengamen, glandangan, dan
lain-lain.
Keberadaan
mereka di jalanan seolah menjadi dilema, mereka dianggap menggangu
kelancaran lalu lintas, serta menggangu keindahan tata kota namun
sebenarnya kemiskinanlah yang menjadikan mereka melakukan hal itu. Suatu
contoh tidak jarang ditemukan anak jalanan seusia pelajar Sekolah
Dasar (SD), harus jadi pengamen, tukang bersih-bersih setelah pulang
sekolah sampai malam hari tidak peduli panas, hujan serta bahaya
mengancam mereka.
Berjalan
sepanjang jalan, bernyanyi dari satu tempat ke tempat yang lain atau
“mangkir” tepat di lampu lalu lintas. Dengan alat seadanya mereka
melakukan aktivitas tersebut, aktivitas yang kini telah dianggap biasa
dan layak oleh banyak orang. Mengapa mereka seperti itu?, apa memang
layak aktivitas yang dilakukan para anak jalanan yang masih menyandang
status pelajar ini?.
Menurut
Ahmad(30) dan Nisa(25) praktisi pendidikan mengatakan, banyak pelajar
usia SD yang hampir seharian ada dijalanan, memeras keringat,
mengumpulkan nilai rupiah dengan alasan untuk membantu orang tua. Hasil
dari ngamen, bersih-bersih bahkan minta-minta digunakan untuk uang saku
di hari esoknya saat mereka ganti status sebagai pelajar. Dana bantuan
oprasional sekolah (BOS) ternyata belum mampu seutuhnya mengentaskan
mereka dari kemiskinan , karena meskipun uang tanggunagan bulanan sudah
dari bantuan oprasional sekolah (BOS), untuk memperjuangkan cita-cita
mereka dibangku sekolah, untuk menorehkan tinta-tinta emas dari potensi
yang mereka miliki, uang saku serta kebutuhan harian masih menjadi salah
satu penyebab utama para pelajar ini harus beralih fungsimenjadi anak
jalanan saat mereka keluar dari ligkungan sekolah.
Demi
sebuah pena, dengan semangat luar biasa menjalani realita hidup yang
demikian, apa tidak ada jalan lain?, jalan yang mampu mengembalikan hak
belajar mereka, hak istirahat mereka di rumah yang selama ini dirampas
oleh kerasnya jalanan demi mempertahankan hidup.
Dari
hal-hal diatas penulis berusaha salah satu solusi untuk masalah
tersebut, dengan pengadaan bantuan untuk anak jalanan, dengan membuat
suatu kelompok untuk menjadi suka rela untuk mendata anak jalanan dan
juga mencari orang yang mau menjadi donatur baik tetap atau tidak.
Berusaha
terus sosialisasi ke banyak masyarakat luas berharap banyak diantara
mereka mau ikut menjadi anggota donatur menginfaqkan sebagian hartanya
untuk anak jalanan. Semakin banyak orang menjadi pendonatur berarti
semakin banyak yang terhentas dari kerasnya jalanan. Sehingga mereka
bisa lebih banyak waktunya digunakan untuk belajar.untuk para
pendonatur. Fenomena seperti ini sebenarnya bisa dimanfaatnkan para
pendonatur sebagai sarana untuk ladang pahala. Oleh karena itu bisa
dimulai dari sekarang setelah membaca tulisan ini, mulai dari hal yang
kecil.dan mulai dari diri sendiri mulai peka terhadap lingkungan
sekitar. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna atau
bermanfaat bagi orang lain.(Vina Z, aktivis dan pemerhati anak jalanan di Magelang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar